Selasa, 10 Maret 2015

Lebih buruk (murahan) yang mana? Berhubungan seks dengan dibayar atau tidak dibayar?



Perdebatan yang sengit dari pertanyaan “Lebih buruk (murahan) yang mana? Berhubungan seks dengan dibayar atau tidak dibayar?”
Namun ini hanya perdebatan semata.. tidak mencari salah atau benar. Hanya menilai tanggapan dari teman-teman yang saya ajukan pertanyaan
Dan inilah jawaban dari teman-teman yang saya ajukan pertanyaan.
Ada yang berpendapat bahwa : Pelacur itu menjual diri karena kebutuhan hidup, untuk melakukan hubungan seksual mereka dibayar paling tidak 300 ribu per sekali melakukan hubungan seks, sedangkan wanita yang pacaran itu melakukan hubungan seks dengan GRATIS.!! Mereka lebih murah dari pelacur..
Pendapat di atas dibantahkan oleh teman saya yang satunya . ia mengatakan bahwa “Wanita yang dibayar lebih murahan dibandingkan berhubungan seks tidak dibayar (pacar). Murahan karena dia tidak bisa menghargai atau memberi harga pada dirinya atau tubuhnya”.
Namun ada yang menambahkan argument dari perdebatan itu, yaitu : “Istri di rumah tidak hanya melayani kebutuhan seks suami, tapi juga masak, nyuci, nyetrika, ngepel, sampai ngurus anak. Tarif hubungan seks 300 ribu per sekali main, sebulan anggap ML 15 kali jadi tarifnya 7,5 juta per bulan.. Tarif pembantu yang bisa masak, nyuci, ngepel, paling tidak sampai 2 juta per bulan..Tarif babysitter buat ngurus anak bisa sampai 1,5 juta per bulan.. Total tarif: 11 juta.. Itu harga yang seharusnya dibayar oleh para pria pada wanita yang ia nikahi, tapi dengan menyandang status sebagai ISTRI maka si pria bisa mendapatkan layanan itu dengan GRATIS atau paling tidak cuma memberinya uang makan..”
Seks semestinya tidak dinilai berdasarkan uang, tapi makna. Seks di luar nikah jika dilihat dari aspek relijius memang tidak bisa dibenarkan, demikian juga jika dilihat dari aspek normatif seperti etika. Tapi lebih daripada itu,jika tetap dibarengi dengan rasa tanggung jawab yg besar dan pemahaman yg mendalam akan arti sebuah konsekuensi, seks di luar nikah adalah masalah individual, tidak seorang pun punya hak untuk memberikan predikat ngawur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar